Sesungguhnya Manusia itu bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Dunia sebagai bagian dari skenario ujian kelayakan, menempatkan manusia dalam posisi memilih. Dustur Ilahikah atau rayuan gombal syetan yang paten menjerumuskan.
Terkadang
nurani manusia terkalahkan oleh suatu keinginan yang tengah menjadi
trend gaya kehidupan. Memang manusia cenderung mengikuti suara yang
terbanyak. Dan hanya manusia yang memiliki ilmulah yang dapat menemukan
jalan terbaik. (manusia yang tidak perlu di hisab dan tidak perlu di
azab dari kaum pengikut Nabi Muhammad SAW. hanya berjumlah 70.000 orang
dari trilyunan pengikut).
Dalam
perkembangan dunia sekarang, dimana pengaruh gaya kehidupan barat
semakin semarak. Sebuah gaya kehidupan yang tengah di elu-elukan para
remaja, membawa mereka dalam kondisi memprihatinkan. Kebebasan,
kegelamoran menjadi panji-panji budaya barat. Dan artiesme alias artis
sebagai bahan rujukan dalam segala perilaku. Padahal gaya kehidupan
seperti itu selayaknya Fast Food. Praktis, cepat, enak dan
mengenyangkan. Para ahli makanan dan gizi serta ilmuwan yang berasal
dari negeri asal fast food itu sendiri menyatakan bahwa makanan tersebut
adalah makanan sampah yang memiliki dampak yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia. Kondisi ini disebabkan oleh
bahan-bahan yang banyak digunakan dalam meracik makanan tersebut. Tapi
apa yang terjadi, perkembangan perusahaan yang bergerak dalam makanan
fast food berkembang dengan cepat di seluruh penjuru dunia. Dan
masyarakatpun tetap mengkonsumsinya dengan berbagai alasan, praktis,
cepat, enak, sesuai dengan gaya hidup (gengsi).
Ketetapan
masyarakat dalam mengkonsumsi fast food meski sudah mengetahui
keburukan dari makanan tersebut, merupakan ciri dari hilangnya kontrol
pengendalian diri. Kepasrahan pada keadaan dan menyerah pada keburukan
adalah ciri dari kemalasan moral. Melajur pada nafsu dan tak
mengindahkan kata hati sama saja dengan kita mengubur kebaikan. Dan
setelah kebaikan itu terkubur maka waktupun menempatkannya dalam
kematian. Setelah itu hilang sudah kewajaran dan mewajarkan
penyimpangan, keburukan dan kemusrikan.
Lihatlah
disekitar kita. Adakah penyimpangan-penyimpangan prilaku dan
kepribadian yang anda rasakan? Bila anda merasakannya, maka cahaya
nurani dalam hati mu masih menyala. Jika anda peduli tuk memperbaikinya.
Cahaya itu pun terang benderang selayaknya mentari menyinari bumi.
Berdasarkan
teori dampak fast food. Gaya kehidupan yang sekarang tengah
dielu-elukan para remaja bahkan tante-tante girang beserta om-omnya.
Menempatkan penggunanya dalam posisi bebas, senang, glamor dan praktis.
Tetapi sesungguhnya itu semua adalah maya. Hanya menimbulkan keletihan
dan kesia-siaan.
Memang
tidak semua budaya dari barat itu buruk. Tapi apabila kita tidak
memfilter kebudayaan-kebudayaan tersebut dengan pondasi yang kuat, maka
sisi positifnya akan lebih kecil dari sisi negatifnya bahkan hilang
sama sekali. Kita pasti tahu rumus hitung dalam matematika ( (X1) + (-X2) ) = ( X1 – X2 ). (X1) adalah positif dan (–X2) adalah negatif. Jika
kita distribusikan X1=5 dan X2=10, maka setelah kita melewati proses
penghitungan dengan menggunakan rumus tersebut maka hasil yang kita
peroleh adalah -5, dan bergitu seterusnya nilai posistifnya akan selalu
dikurangi oleh nilai negatif. Coba bayangkan ketika anda men-download
sebuah data yang penting, kemudian anda simpan data tersebut kedalam
laptop anda. Akan tetapi begitu anda buka data tersebut secara mendadak
laptop anda sudah terinveksi oleh virus dan spyware yang bersembunyi di
dalam data tersebut. Bagaikan peristiwa kuda trojan
Yang
lebih parah lagi ketika bangsa yang muda kebebasan ini mulai merasakan
kebebasan. Kontrol pemerintah sangatlah lemah sekali. Maka kebebasan
yang dari awal reformasi sering disebut orang-orang tua sebagai
kebebasan kebablas, menjadi semakin kebablasan saja. Dan kondisi bangsa
yang seperti ini menuntut setiap pribadi untuk memilih pilihannya
sendiri. Padahal generasi muda bangsa ini masilah sangat hijau dan mudah
terpengaruh oleh berbagai macam pengaruh yang berasal dari berbagai
penjuru. Selayaknya anak kecil yang masih membutuhkan tuntunan orang
tuanya begitu pula warga negara membutuhkan tuntunan yang baik dari
pemerintah. Memang untuk umat muslim ada organisasi yang mewakili yang
bernama MUI (Majelis Ulama Indonesia) meski kinerjanya belumlah begitu
terasa. Di tambah adanya pemikiran dari ulama-ulama plural di negara
ini. Yang membuat sebagian masyarakat muslim bingung karena keterbatasan
ilmunya. Sungguh saya sendiri sangat mengecam bahkan mengutuk para
tokoh ulama plural tersebut agar kembali pada jalan yang lurus lagi
benar. Lalu membangun bersama MUI menjadi organisasi yang benar-benar
solid dalam menuntun umat muslim menjadi kaffah.
Kampus
Islam sebagai bahan rujukan umat, kini tidak bisa diandalkan lagi.
Berita pelecehan terhadap ajaran umat muslim banyak terjadi di
kampus-kampus tersebut. Dengan dasar logika kemampuan berpikir mereka
sandarkan semuanya, padahal mereka sendiri bisa mati dan mereka tidak
tahu kapan mereka akan mati. Tapi tetap saja hanya orang-orang bodoh
yang tidak mengerti tanda-tanda yang telah ditetapkan oleh Sang Maha
Pencipta, tiada yang lain lagi Allah SWT.
Konsep
Pluralisme di sini menyandarkan bahwa kebebasan beragama dan toleransi
adalah segalanya, semua agama mereka anggap sama. Padahal buat apa
mereka memiliki suatu agama apabila menyamakan semua agama yang ada di
negeri ini. Mereka sama saja dengan kalangan skeptis di Jerman yang
tidak memiliki agama. Ketika ada aliran agama baru yang mengaku-aku
Islam dan setelah dikaji ternyata menyimpang dari Al-Qur’an. Para tokoh
Islam plural/Liberalisasi ini menganggapnya lumrah dan itu adalah Hak
asasi Manusia. Bahkan salah satu tokoh nya memiliki kajian mingguan
dengan pendeta dan seorang pemuka agama konghucu. Sebutlah Gusdur. Ia
malah mendukung Ust. Tersesat yaitu Roy dari Jawa Timur. Dimana dia
menemukan bahwa bacaan dalam sholat itu bisa memakai bahasa Indonesia.
Bahkan apabila Roy itu ada pada masa Imam-Imam terdahulu, maka dia
adalah salah satu di antaranya, kelakar Gusdur. Belum lagi
statement-statement Gusdur yang menanggapi pornografi, pornoaksi dll,
yang banyak menyimpang dari Al-Qur’an, dan lebih banyak merujuk pada
nalarnya. Syekh. Abdul Khodir Jaelani dalam suatu malamnya pernah
terduduk menyendiri dan berdzikir. Kemudian ruh-nya seakan berpisah dari
jasadnya. Dan terbanglah ruh tersebut kedunia gaib. Lalu muncul sebuah
suara yang mengaku dirinya adalah perwujudan dari Allah SWT. Suara itu
berkata dengan bahasa manusia, Wahai hamba ku, kini engkau telah
mengetahui rahasia-rahasiaku (Ma’rifat). Kini kau boleh meninggalkan
semua ibadah-ibadah mu dan turunlah kembali keduniamu. Tapi apa yang
dilakukan Syekh Abdul Khodir Jaelani, ia tidak mempercayai apa yang
terjadi. Bagaimana mungkin wujud tuhan-ku sama dengan ciptaanya, dan
suaranya sama dengan makhluknya, kemudian menyuruhku berbuat mungkar
terhadap ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT. Maka beliau-pun
menyimpulkan bahwa kejadian tadi adalah usaha dari jin dan syetan yang
berusaha menyesatkannya. Apabila kita mengambil pengalaman syekh. Abdul
Khodir Jaelani tersebut, berapa banyak tokoh-tokoh Islam yang mengaku
dan diakui memiliki ilmu Laduni dan ma’rifatullah. Tapi apa yang
dihasilkannya adalah bertentangan dengan dustur Ilahi di dalam
Al-Qur’an. Ada apakah ?
Catatan.
· HAM = Hak Asasi Manusia
Yang banyak saya pelajari dari sejak
Sekolah Dasar bahwa HAM adalah hak yang diberikan tuhan kepada manusia
sejak dilahirkan. Tapi nyatanya kini banyak yang mengatakan dirinya
ORMAS peduli HAM, lalu peduli dengan hak-hak manusia atau kelompok
manusia yang ditentang oleh umat Islam karena memang bertentangan dengan
Al-Qur’an. Jadi mereka menggembar-gemborkan Hak asasi untuk Manusia
tapi melupakan pencipta manusia.
· Emansipasi Wanita
Bangsa
barat sebagai pengibar bendera emansipasi wanita. Memukul rata setiap
keinginan-nya menjadi keinginan semua wanita di dunia. Padahal
berdasarkan latar belakang Agama, budaya, letak geografis di dunia ini
adalah berbeda-beda. Tapi mereka seakan sok tahu semua kebutuhan wanita.
Padahal mereka hanya sedang memperjuangkan keinginan kelompok mereka
sendiri. Mau tahu keluarga harmonis orang barat? Cari saja di internet.
Mereka terlihat harmonis tapi sesungguhnya kasus perselingkuhan di
negara-negara western tersebut adalah yang nomor wahid.
· Banyak Pria (Bpk) yang mengecewakan wanita (Ibu)
Pria
itu sesungguhnya pernah tinggal di dalam rahim wanita, kemudian
dilahirkan, diberi asi, lalu kemudian ditinggalkan dalam naungan baby
sister dan pembantu.
· Trend Fashion Pelacur
Pakaian
mini dan ketat dahulu hanya di pakai oleh wanita-wanita penggoda/Tuna
Susila untuk menarik pria, setelah lelaki itu tergoda maka si lelaki
disebut pria hidung belang. Tapi jaman sekarang? Dalam sebuah acara
televisi swasta di bahas mengenai pelacuran di pusat perbelanjaan di
kota Jakarta. Di situ dikatakan bahwa ‘penampilan para pelacur tidak
bisa dibedakan dengan orang yang benar-benar mau belanja di mall
tersebut’. Karena memang para remaja & ABG yang berkunjung kesitu
pun rata-rata berpakaian minim dan ketat.
· Fashion Pamer
Pernahkah
anda sadari bahwa trend pakaian ala barat sekarang mengajarkan
putra-putri bapak/ibu dan calon bapak/ibu untuk menjadi orang yang
sombong, riya. Ada yang memakai pakaian ketat biar mendapat pujian dari
orang lain, memakai baju minim biar terlihat mulus. Memakai pakaian
berlubang di punggung agar terlihat memang panunya sudah sembuh dll.
Perkembangan fashion ini akhirnya membuat berkembang pula bengkel
reparasi kekurangan fisik, ada operasi plastik ember, ada pula bengkel
sedot, suntik mancung silikon, dll, untuk orang yang terkena gejala
kejiwaan kepercayaan diri. Lalu setelah mereka beres reparasi, akhirnya
mereka pun merasakan ada kekurangan lagi, terus dan seterusnya.
· Tato & Tindik ala Preman Jadi Kewajaran
Awal
tahun 80-an di Kota nomor satu di Indonesia terjadi peristiwa yang
menghebohkan. “PETRUS !”. Yaitu pembunuhan misterius terhadap
orang-orang bertato. Yang nota bene adalah kalangan preman dan
orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan karena tuntutan nafsunya.
Setelah dibahas kembali dalam sebuah acara METRO Realitas, ternyata
pembunuhan tersebut melibatkan kepolisian yang memang sedang melakukan
pembersihan kejahatan premanisme.
Tindik
pada laki-laki ternyata sejak dahulu digunakan oleh kaum GAY/HOMO di
negeri barat sebagai tanda keanggotaan. Jadi yang memakai tindik ya
memang benar-benar banci. (iryanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar