Halaman

Selasa, 27 September 2011

Ketika Nafsu Menggugat Nurani



(artikel buletin Formie di wisuda unida Agustus 2007)
Sesungguhnya Manusia itu bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Dunia sebagai bagian dari skenario ujian kelayakan, menempatkan manusia dalam posisi memilih. Dustur Ilahikah atau rayuan gombal syetan yang paten menjerumuskan.
Terkadang nurani manusia terkalahkan oleh suatu keinginan yang tengah menjadi trend gaya kehidupan. Memang manusia cenderung mengikuti suara yang terbanyak. Dan hanya manusia yang memiliki ilmulah yang dapat menemukan jalan terbaik. (manusia yang tidak perlu di hisab dan tidak perlu di azab dari kaum pengikut Nabi Muhammad SAW. hanya berjumlah 70.000 orang dari trilyunan pengikut).
Dalam perkembangan dunia sekarang, dimana pengaruh gaya kehidupan barat semakin semarak. Sebuah gaya kehidupan yang tengah di elu-elukan para remaja, membawa mereka dalam kondisi memprihatinkan. Kebebasan, kegelamoran menjadi panji-panji budaya barat. Dan artiesme alias artis sebagai bahan rujukan dalam segala perilaku. Padahal gaya kehidupan seperti itu selayaknya Fast Food. Praktis, cepat, enak dan mengenyangkan. Para ahli makanan dan gizi serta ilmuwan yang berasal dari negeri asal fast food itu sendiri menyatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan sampah yang memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Kondisi ini disebabkan oleh bahan-bahan yang banyak digunakan dalam meracik makanan tersebut. Tapi apa yang terjadi, perkembangan perusahaan yang bergerak dalam makanan fast food berkembang dengan cepat di seluruh penjuru dunia. Dan masyarakatpun tetap mengkonsumsinya dengan berbagai alasan, praktis, cepat, enak, sesuai dengan gaya hidup (gengsi).
Ketetapan masyarakat dalam mengkonsumsi fast food meski sudah mengetahui keburukan dari makanan tersebut, merupakan ciri dari hilangnya kontrol pengendalian diri. Kepasrahan pada keadaan dan menyerah pada keburukan adalah ciri dari kemalasan moral. Melajur pada nafsu dan tak mengindahkan kata hati sama saja dengan kita mengubur kebaikan. Dan setelah kebaikan itu terkubur maka waktupun menempatkannya dalam kematian. Setelah itu hilang sudah kewajaran dan mewajarkan penyimpangan, keburukan dan kemusrikan.
Lihatlah disekitar kita. Adakah penyimpangan-penyimpangan prilaku dan kepribadian yang anda rasakan? Bila anda merasakannya, maka cahaya nurani dalam hati mu masih menyala. Jika anda peduli tuk memperbaikinya. Cahaya itu pun terang benderang selayaknya mentari menyinari bumi.
Berdasarkan teori dampak fast food. Gaya kehidupan yang sekarang tengah dielu-elukan para remaja bahkan tante-tante girang beserta om-omnya. Menempatkan penggunanya dalam posisi bebas, senang, glamor dan praktis. Tetapi sesungguhnya itu semua adalah maya. Hanya menimbulkan keletihan dan kesia-siaan.
Memang tidak semua budaya dari barat itu buruk. Tapi apabila kita tidak memfilter kebudayaan-kebudayaan tersebut dengan pondasi yang kuat, maka sisi positifnya akan lebih kecil dari sisi negatifnya bahkan hilang sama sekali. Kita pasti tahu rumus hitung dalam matematika ( (X1) + (-X2) ) = ( X1 – X2 ). (X1) adalah positif dan (–X2) adalah negatif. Jika kita distribusikan X1=5 dan X2=10, maka setelah kita melewati proses penghitungan dengan menggunakan rumus tersebut maka hasil yang kita peroleh adalah -5, dan bergitu seterusnya nilai posistifnya akan selalu dikurangi oleh nilai negatif. Coba bayangkan ketika anda men-download sebuah data yang penting, kemudian anda simpan data tersebut kedalam laptop anda. Akan tetapi begitu anda buka data tersebut secara mendadak laptop anda sudah terinveksi oleh virus dan spyware yang bersembunyi di dalam data tersebut. Bagaikan peristiwa kuda trojan
Yang lebih parah lagi ketika bangsa yang muda kebebasan ini mulai merasakan kebebasan. Kontrol pemerintah sangatlah lemah sekali. Maka kebebasan yang dari awal reformasi sering disebut orang-orang tua sebagai kebebasan kebablas, menjadi semakin kebablasan saja. Dan kondisi bangsa yang seperti ini menuntut setiap pribadi untuk memilih pilihannya sendiri. Padahal generasi muda bangsa ini masilah sangat hijau dan mudah terpengaruh oleh berbagai macam pengaruh yang berasal dari berbagai penjuru. Selayaknya anak kecil yang masih membutuhkan tuntunan orang tuanya begitu pula warga negara membutuhkan tuntunan yang baik dari pemerintah. Memang untuk umat muslim ada organisasi yang mewakili yang bernama MUI (Majelis Ulama Indonesia) meski kinerjanya belumlah begitu terasa. Di tambah adanya pemikiran dari ulama-ulama plural di negara ini. Yang membuat sebagian masyarakat muslim bingung karena keterbatasan ilmunya. Sungguh saya sendiri sangat mengecam bahkan mengutuk para tokoh ulama plural tersebut agar kembali pada jalan yang lurus lagi benar. Lalu membangun bersama MUI menjadi organisasi yang benar-benar solid dalam menuntun umat muslim menjadi kaffah.
Kampus Islam sebagai bahan rujukan umat, kini tidak bisa diandalkan lagi. Berita pelecehan terhadap ajaran umat muslim banyak terjadi di kampus-kampus tersebut. Dengan dasar logika kemampuan berpikir mereka sandarkan semuanya, padahal mereka sendiri bisa mati dan mereka tidak tahu kapan mereka akan mati. Tapi tetap saja hanya orang-orang bodoh yang tidak mengerti tanda-tanda yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta, tiada yang lain lagi Allah SWT.
Konsep Pluralisme di sini menyandarkan bahwa kebebasan beragama dan toleransi adalah segalanya, semua agama mereka anggap sama. Padahal buat apa mereka memiliki suatu agama apabila menyamakan semua agama yang ada di negeri ini. Mereka sama saja dengan kalangan skeptis di Jerman yang tidak memiliki agama. Ketika ada aliran agama baru yang mengaku-aku Islam dan setelah dikaji ternyata menyimpang dari Al-Qur’an. Para tokoh Islam plural/Liberalisasi ini menganggapnya lumrah dan itu adalah Hak asasi Manusia. Bahkan salah satu tokoh nya memiliki kajian mingguan dengan pendeta dan seorang pemuka agama konghucu. Sebutlah Gusdur. Ia malah mendukung Ust. Tersesat yaitu Roy dari Jawa Timur. Dimana dia menemukan bahwa bacaan dalam sholat itu bisa memakai bahasa Indonesia. Bahkan apabila Roy itu ada pada masa Imam-Imam terdahulu, maka dia adalah salah satu di antaranya, kelakar Gusdur. Belum lagi statement-statement Gusdur yang menanggapi pornografi, pornoaksi dll, yang banyak menyimpang dari Al-Qur’an, dan lebih banyak merujuk pada nalarnya. Syekh. Abdul Khodir Jaelani dalam suatu malamnya pernah terduduk menyendiri dan berdzikir. Kemudian ruh-nya seakan berpisah dari jasadnya. Dan terbanglah ruh tersebut kedunia gaib. Lalu muncul sebuah suara yang mengaku dirinya adalah perwujudan dari Allah SWT. Suara itu berkata dengan bahasa manusia, Wahai hamba ku, kini engkau telah mengetahui rahasia-rahasiaku (Ma’rifat). Kini kau boleh meninggalkan semua ibadah-ibadah mu dan turunlah kembali keduniamu. Tapi apa yang dilakukan Syekh Abdul Khodir Jaelani, ia tidak mempercayai apa yang terjadi. Bagaimana mungkin wujud tuhan-ku sama dengan ciptaanya, dan suaranya sama dengan makhluknya, kemudian menyuruhku berbuat mungkar terhadap ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT. Maka beliau-pun menyimpulkan bahwa kejadian tadi adalah usaha dari jin dan syetan yang berusaha menyesatkannya. Apabila kita mengambil pengalaman syekh. Abdul Khodir Jaelani tersebut, berapa banyak tokoh-tokoh Islam yang mengaku dan diakui memiliki ilmu Laduni dan ma’rifatullah. Tapi apa yang dihasilkannya adalah bertentangan dengan dustur Ilahi di dalam Al-Qur’an. Ada apakah ?
Catatan.
· HAM = Hak Asasi Manusia
Yang banyak saya pelajari dari sejak Sekolah Dasar bahwa HAM adalah hak yang diberikan tuhan kepada manusia sejak dilahirkan. Tapi nyatanya kini banyak yang mengatakan dirinya ORMAS peduli HAM, lalu peduli dengan hak-hak manusia atau kelompok manusia yang ditentang oleh umat Islam karena memang bertentangan dengan Al-Qur’an. Jadi mereka menggembar-gemborkan Hak asasi untuk Manusia tapi melupakan pencipta manusia.
· Emansipasi Wanita
Bangsa barat sebagai pengibar bendera emansipasi wanita. Memukul rata setiap keinginan-nya menjadi keinginan semua wanita di dunia. Padahal berdasarkan latar belakang Agama, budaya, letak geografis di dunia ini adalah berbeda-beda. Tapi mereka seakan sok tahu semua kebutuhan wanita. Padahal mereka hanya sedang memperjuangkan keinginan kelompok mereka sendiri. Mau tahu keluarga harmonis orang barat? Cari saja di internet. Mereka terlihat harmonis tapi sesungguhnya kasus perselingkuhan di negara-negara western tersebut adalah yang nomor wahid.
· Banyak Pria (Bpk) yang mengecewakan wanita (Ibu)
Pria itu sesungguhnya pernah tinggal di dalam rahim wanita, kemudian dilahirkan, diberi asi, lalu kemudian ditinggalkan dalam naungan baby sister dan pembantu.
· Trend Fashion Pelacur
Pakaian mini dan ketat dahulu hanya di pakai oleh wanita-wanita penggoda/Tuna Susila untuk menarik pria, setelah lelaki itu tergoda maka si lelaki disebut pria hidung belang. Tapi jaman sekarang? Dalam sebuah acara televisi swasta di bahas mengenai pelacuran di pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Di situ dikatakan bahwa ‘penampilan para pelacur tidak bisa dibedakan dengan orang yang benar-benar mau belanja di mall tersebut’. Karena memang para remaja & ABG yang berkunjung kesitu pun rata-rata berpakaian minim dan ketat.
· Fashion Pamer
Pernahkah anda sadari bahwa trend pakaian ala barat sekarang mengajarkan putra-putri bapak/ibu dan calon bapak/ibu untuk menjadi orang yang sombong, riya. Ada yang memakai pakaian ketat biar mendapat pujian dari orang lain, memakai baju minim biar terlihat mulus. Memakai pakaian berlubang di punggung agar terlihat memang panunya sudah sembuh dll. Perkembangan fashion ini akhirnya membuat berkembang pula bengkel reparasi kekurangan fisik, ada operasi plastik ember, ada pula bengkel sedot, suntik mancung silikon, dll, untuk orang yang terkena gejala kejiwaan kepercayaan diri. Lalu setelah mereka beres reparasi, akhirnya mereka pun merasakan ada kekurangan lagi, terus dan seterusnya.
· Tato & Tindik ala Preman Jadi Kewajaran
Awal tahun 80-an di Kota nomor satu di Indonesia terjadi peristiwa yang menghebohkan. “PETRUS !”. Yaitu pembunuhan misterius terhadap orang-orang bertato. Yang nota bene adalah kalangan preman dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan karena tuntutan nafsunya. Setelah dibahas kembali dalam sebuah acara METRO Realitas, ternyata pembunuhan tersebut melibatkan kepolisian yang memang sedang melakukan pembersihan kejahatan premanisme.
Tindik pada laki-laki ternyata sejak dahulu digunakan oleh kaum GAY/HOMO di negeri barat sebagai tanda keanggotaan. Jadi yang memakai tindik ya memang benar-benar banci. (iryanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar